Selasa, 25 Desember 2012

Nyanyian jiwa

Aku masih menari-nari

mengiringi genderang malam yang semakin men


Rabu, 25 April 2012

PUISIKU-PUISIMU

                                                    Sajak-Sajak Ilusiku
 Senja masih termangu,
Menanti gelap yang kan menggantikannya
Hujan masih berjoged mesra 
kala itu...
            Bersamanya pula kusertakan diriku
           Kuurai bentangan permadani 
           yang t'lah kulewati dalam senandungnya
           Tinta menggoreskan, memainkan 
          kata yang menyambutnya
Sedikit berpendar kemilau permadani itu
Namun, lebih banyak yang pudar dalam balutannya
           Semburat angkuhmu memancar
           kau uji diriku bak pagar
           kau bisikkan perang degan kasar 
          Laksana halilintar siang bolong 
          yang menggelegar
Semua menegar
Bersama walang keket
Bersamanya pula tikus-tikus tanah
Ah takkan ku peduli
Terjuntai tak keruan ceritaku, ceritamu
Bergegas mereka membuka tabir semu
mengisahkan ceritaku, ceritamu
yang belum ada titik temu
Dalam semua jumpa pamrihmu berseteru
 ku berseru, "Hai kau!!! kembalilah! hidupku, hidupmu takkan menyatu"





Ku berdiri membawa asa 
Mengalungkan cita
Menggenggam impi
Menyibak misteri ini
Semua bermain dalam rumusd dunuawi





Dalam bayang lembayung senja
Bergegas sudah rasa dahaga
Ketika t'lah tereguk embun-embun kehidupan
Terbawa pula debu-debu pengembaraan
          Dalam remmang gelap malam
         Terasa sudah betapa jalan
         ini begitu kelam
        Tertatih pula hasrat-hasrat suci
       menembus tebing curam
Padang pasir menghampar
Menantang insan manusia yang merasa tegar
Bak fatamorgana, 
tinggal...hanya tinggallah bayang semu disana
Karena inilah hidup yang sesungguhnya

MAHABHAKTI ke-XXX

                                                           MAHABHAKTI ke-XXV
     Mahabhakti merupakan rangkaian akhir dari kegiatan pramuka yang diselenggarakan oleh sangga kerja pramuka MAN YOGYAKARTA 1. Begitupun pada tahun ini siswa kelas X MAN YOGYAKARTA 1 mengikuti kegiatan perkemahan Mahabhakti yang ke-25, tepatnya dilaksanakan pada tanggal 5-8 April di Bumi Perkemahan Dodiklatpur Klaten.
     Kegiatan perkemahan ini resmi dibuka oleh Bapak Kepala Madrasah ditandai dengan penyematan tanda peserta kepada perwakilan kelas X dan tanda panitia kepada panitia sangga kerja Mahabhakti, pagi itu tanggal 5 April sebelum diberangkatkan ke bumi perkemahan.
    Mengawali kegiatan Mahabhakti, dilakukanlah perjalanan bhakti menuju perkemahan setelah seluruhnya diturunkan di masjid sekaligus menunaikan shalat dzuhur dan istirahat sejenak. Sepanjang perjalanan terdengar ruiuh siswa-siswi kelas X yang meneriakkan yel-yel, hymne pramuka, mars ambalan, menghafalkan Dasa Dharma maupun Trisatya untuk mereka tampilkan di pos-pos yang telah di jaga oleh kakak Ambalan
      Sesampainya di Bumi Perkemahan, semua langsung mendirikan tenda tanpa banyak bercanda, karena terlihat langit mendungdan angin bertiup kencang. Jika tak segera mendirikan tenda kami takut kehujanan. Sampai Ashar menggema kami masih sibuk beres-beres. Hingga seruan kakak-kakak panitia yang menggema menyadarkan kami untuk segera menuju ke masjid.
    Pukul delapan malam waktu itu juga kami disuruh menuju lapangan dan membawa slayer. Tak tahu apa yang akan kami lakukan disana, kami, siswa-siswi kelas X berduyun-duyun menuju lapangan . Saat itu merupakan saat-saat yang menegangkan. Kami, siswa-siswi kelas X yang tidak tertib disuruh maju kedepan dan dimarah-marahi. Sungguh menakjubkan, hampir separuh dari kami maju kedepan. Dalam gelap malam, terlihat remang wajah mereka yang penuh penyesalan. Setelah mereka maju dan di hukum, akhirnya disuruh mundur kembali ke barisan semula. Selanjutnya kami disuruh menutup mata dengan slayer dan berjalan dituntun oleh kakak-kakaknya. Entah akan dibawa kemanakah kami, yang jelas mata kami gelap dan tak melihat jalan. Kami hanya menuruti seluruh instruksi yang menuntun kami. waktu itu tak tahu apa yang kurasakan, apakah senang, sedih, bahagia, takut atau apalah, tak tersungging senyum, dikatakan murungpun tidak. Lama... berjalan dituntun, kami segera tahu jawabannya setelah membuka slayer dan kami mendapati tengah duduk di aula, disitu kami diberi motivasi.
   Terus...terus dan terus dalam perkemahan ini kami digembleng tentang kedisiplinan. Hingga tibalah acara puncak yang bisa dikatakan syahdu, bisa juga di katakan menyenangkan, yakni pada acara api unggun. Dikatakan khidmat pada saat prosesi upacara penyalaan api unggun. Suasana hening tak ada yang bersuara. kami menghembuskan nafas lega dan tersenyum lebar ketika api tlah menyala berkobar-kobar dan upacara itu selesai. Usai itu, dilaksanakanlah final FKR dan lomba pengantin yang membuat kami tertawa terbahak-bahak demi melihat banyak anak cowok yang rela "mbencong" mengikuti lomba pengantin itu. Hilang, lepas sudah rasa penat yang menempel di badan ketika kemarin-kemarin tenaga kami terkuras mengikuti berbagai lomba dan tadabbur alam.
     Perkemahan Mahabhakti ditutup tanggal 8 April, jam 11 siang di lapangan tersebut. Kami kembali ke MAN YOGYAKARTA 1 usai itu dengan membawa berbagai kenangan dan pelajaran tentunya. Kami mendapat rasa kebersamaan  meningkatkan kemandirian dan kedisiplinan. Yang tentunya akan sangat berguna di kehidupan kami mendatang.

Kamis, 29 Maret 2012

Remaja dan Perubahan Peradaban

       Sekarang merupakan masa puncak, puncak teknologi dengan berbagai pencapaian alat-alat modern yang menyertainya, puncak budaya dengan dobrakan trend-trend masa kini, dan yang terpenting merupakan puncak peradaban dunia. Kalau kita membicarakan masalah hal-hal baru yang tumbuh seiring dengan perubahan budaya maupun peradaban tentulah takkan ada habisnya.
       Secara garis besarnya, yang paling merasakan dampak perubahan baik budaya maupun teknologi tentulah remaja yang di dominasi para pelajar. Ya, meskipun seluruh masyarakat sebenarnya juga merasakan dampak perubahan tersebut, namun yang paling merasakan ya, itu tadi, remaja. Tentunya dengan alasan karena remaja matanya lebih terbuka untuk mengetahui dunia luar. Karena masa mereka merupakan masa dimana  rasa keingintahuannya tinggi, sehingga tak perlu ada halangan untuk memuaskan rasa keingintahuan mereka.
       Sebenarnya hal itu merupakan suatu hal yang positif, dengan rasa keingintahuan itu remaja akan tumbuh cerdas dan berwawasan luas. Namun dalam batasan toleransi tertentu, karena rasa keingintahuan itu juga akan berkembang ke hal-negatif jika tidak dibarengi pendidikan akhlak ataupun karakter yang memadai. Karena bisa jadi mereka hanya menampung saja seluruh budaya masa kini tanpa disaring terlebih dahulu, seperti kasus-kasus yang banyak menimpa remaja kita sekarang ini.
      Yang menjadi pemicu tentunya globalisasi. Globalisasi yang dewasa ini marak dibicarakan, terutama di kalangan orangtua yang mengeluhkan perilaku anaknya yang susah diatur. Sebenarnya hal itu benar tidak sih?, jika kita memandang dari segi umum atau global, hal itu memang benar, karena pada kenyataannya remaja sekarang memasukkan seluruh hasil-hasil peradaban masa kini yang sebenarnya didalam peradaban budaya yang di bawa oleh Barat tersebut bertentangan dengan nilai-nilai agama dan nilai luhur bangsa kita yakni Pancasila. Mereka menganggap bahwa budaya yang dibawa oleh bangsa Barat tersebut sesuai dan tidak salah. Akibatnya mereka telah lupa dengan Pendidikan Kewarganegaraan yang diajarkan di sekolah. Pancasila yang seharusnya menjadi pedoman hidup, kini hanya tinggal semboyan saja yang makna filosofisnya ikut tergerus globalisasi bersamaan dengan demoralisasi moral remaja.
       Remaja yang seharusnya menjadi timpuk kepemimpinan di masa memdatang kini bahkan tak mempersoalkan bangsanya, karena mereka telah teracuni budaya globalisasi yang menekankan kehidupan egoisme atau ke-akuan, konsumerisme, pola hidup bebas dan hal-hal lain yang tentunya tidak sesuai dengan kaidah -kaidah yang ada dalam masyarakat.
      Tentunya kita tidak ingin melihat betapa bobroknya mental remaja kala ini. Tidak ada kata terlambat, hal ini masih bisa dicegah. Namun tidak hanya remaja saja yang patut disalahkan dan disuruh berbenah diri. Para orangtua-pun, termasuk guru dalam hal ini harus menanamkan akhlak mulia dalam diri pelajar tersebut, sehingga remaja yang ditakutkan tidak akan mampu mengendalikan bangsa ini dimasa mendatang tidak akan pernah terwujud. 

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best Buy Printable Coupons